Kalau dalam pandangan saya, seseorang disebut baik atau tidak baik, sabar atau tidak sabar, cantik atau tidak cantik, dan ‘blablabla’ apapun itu sebenarnya banyak maupun sedikit pasti dipengaruhi oleh pandangan subjektif seseorang. Yup, walaupun hanya sedikit sekali, pasti ada pandangan subjektif seseorang di dalam pernyataannya/pendapatnya tentang sifat seseorang.
Faktor kedekatannya dengan seseorang mempengaruhi pandangan subjektifnya akan sifat orang tersebut. Contoh: saat saya belum kenal seseorang dan menyatakan “ih, mukanya jahat banget, deh itu orang..” Tapi, setelah beberapa lama berkenalan, saya merubah pernyataan saya menjadi, “ternyata orangnya baik.” Nah, sebenarnya, dari sejak awal, tidak ada ukuran yang tepat mengenai baik, tidak baik, jahat, maupun tidak jahatnya seseorang. Semua itu tergantung dari pandangan seseorang terhadap kata sifat tersebut. Tergantng dari value yang pahami dan dipercayainya dari lahir.
Sebagai contoh, saya selalu menganggap bahwa sebuah kecantikan maupun ketampanan seseorang adalah seseorang yang memiliki wajah unisex. Jadi, saya akan menganggap seorang perempuan cantik, saat dia bisa didandani seperti wanita maupun pria, dan begitu pula sebaliknya pandangan saya terhadap pria tampan. Itulah alasan mengapa selama ini saya selalu mengagumi lelaki cantik. Saya menganggap ketampanan dan kecantikan absolut dalam titik yang sama.
Tentu saja, tidak semua orang berpendapat seperti saya. Ada orang-orang yang mengatakan ketampanan seseorang adalah saat dia terlihat maskulin/terlihat kuat/dsb dan kecantikan seseorang terpancar dari ke-feminin-annya. Makanya, kenapa semua itu disebut relatif dan subjektif. Tidak ada deskripsi khusus maupun yang dapat menjabarkan sebuah sifat, karena sifat itu tidak absolut.
Tidak ada kata panas, jika tidak ada yang disebut dingin. Tidak ada kata dingin, jika tidak ada yang disebut panas. Tidak ada kata cantik, jika tidak ada kata jelek.
Tiba-tiba terbesit sesuatu pemikiran saya, “bagaimana kalau ternyata romeo tidak benar2 ganteng seperti yang digambarkan di film2 dan buku2?” Ah, yang ada malah jadi kecewa.. haha.. ini bener2 lagi pertanyaan random aja.. apakah akan banyak orang yang mimpinya menjadi hangus? Hem2..
Saya pernah mendengar bahwa kesuksesan novel twilight ada pada pendeskripsian tokoh Edward dan Bella yang tidak mendeskripsikan secara mendetail mengenai tinggi badan, dll, tetapi lebih mengenalkan kedua tokoh tersebut menggunakan kata2 sifat. Hal tersebut yang membuat banyak orang berkhayal tokoh tersebut sesuai dengan kriteria seseorang yang mereka sebut ‘tampan’ maupun ‘cantik.’ (so, no wonder cukup banyak orang yang kecewa dengan versi movienya. Sudah jelas, kan? Karena dengan adanya versi movie ini, tokoh ‘tampan’ dan ‘cantik’ yang seharusnya universal, malah menjadi fokus pada aktor/aktris tertentu. Yah, untung bagi mereka yang menganggap figure kedua tokoh itu sebagai criteria tampan maupun cantik yang mereka sukai. Bagaimana dengan orang seperti saya? Haha.. Yang malah lebih menyukai cowo cantik..? hahaha… *hem2.. pertanyaan rada ngga penting sih ini*
Yah, jadi, kalau saya ambil kesimpulan, sebaiknya kita sama2 saling menghargai pandangan orang lain mengenai suatu ‘sifat’ tertentu, karena sebenarnya perbedaan itu adalah sesuatu yang indah. Apa jadinya dunia tanpa keanekaragaman? Hahaha.. Ngga perlu ngotot2 memperdebatkannya (misalkan aja, nih: gw ngotot klo onew itu lelaki terganteng di dunia.. haha.. *untungnya gw ngga pernah adu ngotot tentang ini* Ataupun menjelek2an artis kesukaan siapapun, karena dianggap jelek, karena sebenenrnya kalian juga ngga bisa mendeskripsikan apa yang disebut jelek, kan?) Nah, saran juga, klo mau menyayakan sesuatu pernyataan tentang kata sifat tertentu, sebaiknya seseorang menjabarkan baik itu seperti apa kriterianya sehingga tidak ada kesalahpahaman. hahaha..
Yup, pokoke, Live Peacefully by Respecting Each Otheeeerrrrrrs… :) :) :)
0 comments:
Post a Comment